This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 20 Februari 2013

Stratifikasi sosial merupakan pembedaan sosial masyarakat secara vertikal. Dengan demikian, ada masyarakat yang menduduki lapisan atas dan ada pula yang menduduki lapisan bawah. Terjadinya pembedaan tersebut karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Secara umum stratifikasi sosial juga sering dikaitkan dengan persoalan kesenjangan atau polarisasi kelompok.
Stratifikasi ternyata tidak hanya terjadi di masa sekarang. Di masa kuno pun sudah terjadi. Sehingga filosuf Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, melarat, dan berada di tengah-tengah antara kaya dan miskin.
PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL
Seorang sosiolog, Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa sistem lapisan sosial merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Mereka yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah banyak akan dianggap berkedudukan dalam lapisan atas. Sedangkan mereka yang sedikit atau sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam pandangan masyarakat dianggap mempunyai kedudukan rendah.
Pelapisan sosial atau stratifikasi atau social stratification berasal dari kata stratification dan social. Stratification berasal dari kata stratum (jamaknya strata) yang berarti lapisan. Mengenai stratifikasi sosial, Pitirim A. Sorokin memberikan definisi bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Dengan demikian, ada kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, inti dan dasar stratifikasi sosial adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
Selain Pitirim A. Sorokin, banyak ahli sosiologi yang memberikan definisi tentang stratifikasi sosial. Pendapat mereka adalah sebagai berikut.

a. Astried S. Susanto
Astried menjelaskan bahwa stratifikasi sosial adalah hasil kebiasaan hubungan antarmanusia secara teratur dan tersusun sehingga setiap orang mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang secara vertikal maupun mendatar dalam masyarakatnya. Contoh pelapisan sosial berdasarkan bidang pekerjaan menurut keahlian, kecakapan, dan keterampilan, seperti pada sebuah perusahaan terdapat golongan elite, profesional, semi profesional, tenaga terampil, tenaga semi terampil, dan tenaga tidak terlatih.
b. Bruce J. Cohen
Ia mengemukakan bahwa stratifikasi sosial adalah sistem yang menempatkan seseorang sesuai dengan kualitas dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang sesuai. Contohnya pelapisan sosial berdasarkan tingkat pendidikannya.
c. Robert M.Z. Lawang
Ia menjelaskan bahwa stratifikasi sosial adalah penggolongan orang yang ada dalam suatu sistem ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, priveless, dan prestise. Contohnya pelapisan sosial dalam sistem kasta.
HANYA DENGAN Rp. 10.000 
ANDA SUDAH MEMILIKI ASURANSI BUMI PUTERA DAN ANDA JUGA BERPELUANG MENDAPATKAN JUTAAN RUPIAH  DARI BISNIS INI; 
BERGABUNGLAH DENGAN KAMI DI INC
 KLIK DISINI
TERBENTUKNYA STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial selalu ada dalam kehidupan manusia. Apakah stratifikasi tersebut selalu sama di setiap masyarakat? Apakah ada perbedaan stratifikasi antara masyarakat sederhana dan modern? Stratifikasi sosial pada masyarakat sederhana akan berbeda dengan stratifikasi sosial pada masyarakat modern. Stratifikasi pada masyarakat sederhana, pelapisan yang terbentuk masih sedikit dan terbatas perbedaannya. Sedangkan
pada masyarakat modern, stratifikasi sosial yang terbentuk makin kompleks dan makin banyak.
Secara sederhana, perbedaan stratifikasi sosial bisa dilihat dari perbedaan besarnya penghasilan rata-rata seseorang setiap hari. Menurut Paul. B. Horton dan Chester L. Hunt bahwa terbentuknya stratifikasi sosial tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial adalah suatu pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Stratifikasi sosial dalam masyarakat menurut terbentuknya dibagi menjadi sebagai berikut.
a. Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Sendirinya dalam Proses Pertumbuhan Masyarakat 
Landasan terbentuknya stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya, antara lain:
  1. kepandaian;
  2. tingkat umur (yang senior);
  3. sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat;
  4. harta dalam batas-batas tertentu.
Namun demikian, setiap masyarakat memiliki landasan tersendiri dalam terbentuknya stratifikasi sosial. Landasan terbentuknya stratifikasi sosial pada masyarakat berburu tentu akan berbeda dengan stratifikasi sosial pada masyarakat bercocok tanam. Landasan terbentuknya stratifikasi sosial pada masyarakat adalah sebagai berikut.
  1. Pada masyarakat berburu, yang menjadi landasan stratifikasi adalah kepandaian berburu. Jadi, seseorang yang memiliki kepandaian berburu di atas orang lain dipandang berada pada stratifikasi sosial tinggi.
  2. Pada masyarakat menetap dan bercocok tanam yang menjadi landasan stratifikasi adalah kegiatan awal membuka tanah di daerah tersebut. Pembuka tanah dan kerabatnya dianggap memiliki stratifikasi sosial yang tinggi.
b. Stratifikasi Sosial yang Sengaja Disusun untuk Mengejar Suatu Tujuan Bersama
Stratifikasi sosial yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal. Misalnya, pemerintahan, badan usaha, partai politik, dan angkatan bersenjata. Pada stratifikasi sosial jenis ini kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam stratifikasi sosial. Menurut Soerjono Soekanto, ada beberapa pokok yang mendasari terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat.
  1. Sistem stratifikasi berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat.
  2. Sistem stratifikasi sosial dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai berikut: 1) Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan). 2) Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti penghasilan, kekayaan, dan keselamatan. 3) Criteria system pertentangan, yaitu disebabkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan. 4) Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, dan keanggotaan dalam suatu organisasi. 5) Mudah tidaknya bertukar kedudukan. 6) Solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang menduduki kedudukan sama dalam sistem sosial masyarakat.
DASAR TERBENTUKNYA STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial dalam masyarakat terjadi karena adanya sesuatu yang dihargai dalam masyarakat. Sepanjang masyarakat memberikan penghargaan terhadap sesuatu yang dianggap lebih, maka stratifikasi sosial di masyarakat tetap akan ada. Sesuatu yang dipandang berharga, antara lain
a. uang;
b. tanah;
c. benda-benda bernilai ekonomis;
d. kekuasaan;
e. ilmu pengetahuan;
f. keturunan;
g. pekerjaan;
h. kesalehan dalam agama.
Secara umum, pembentukan stratifikasi sosial dalam masyarakat didasari oleh beberapa kriteria berikut ini.
a. Ukuran Kekayaan
Mereka yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam golongan lapisan atas. Kekayaan yang dimiliki dapat dilihat dari bentuk dan model rumah, mobil pribadinya, cara berpakaian, cara berbelanja, dan tempat makan.
b. Ukuran Kekuasaan
Mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar akan menempati lapisan atas.
c. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan dan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati dalam masyarakat akan menempati lapisan sosial tertinggi. Ukuran kekuasaan banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Dalam masyarakat tradisional, orang yang dihormati adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
d. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran stratifikasi sosial pada masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Ukuran untuk menentukan lapisan sosial masyarakat di atas bukanlah ukuran mutlak yang tidak bisa berubah. Masih ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan untuk menentukan stratifikasi sosial seseorang dalam masyarakat.

Menurut Heckmann, suku bangsa adalah sekelompok manusiayang memiliki kolektivitas serta identitas kultural tertentu danhidup dalam sebuah negara, bersama-sama kelompok etnis lainnya.Adapun Koentjaraningrat mengartikan suku bangsa sebagai suatugolongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akankesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tersebutsering dikuatkan oleh kesatuan bahasa.Suku bangsa lahir atau diawali dari suatu kelompok kekerabatan.Kelompok kekerabatan adalah suatu kesatuan individu yang terikatoleh ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Memiliki perangkat norma yang mengatur perilaku anggotakelompok.
  2. Memiliki suatu rasa kepribadian kelompok yang disadari olehsemua anggotanya.
  3. Memiliki suatu aktivitas berkumpul anggotanya yang dilakukansecara berulang-ulang.
  4. Memiliki suatu sistem hak dan kewajiban yang mengaturinteraksi antaranggota kelompok.
  5. Memiliki pemimpin atau pengurus yang mengorganisasiaktivitas-aktivitas kelompok.
  6. Memiliki suatu sistem hak dan kewajiban bagi anggotanyaterhadap sejumlah harta produktif, harta konsumtif, atau hartapusaka tertentu.
Suku bangsa di dunia jumlahnya sangat banyak, mulai darisuku bangsa yang hanya memiliki anggota ratusan orang sampaidengan yang jumlah anggotanya jutaan orang. Para ahli sosiologi danantropologi berusaha menentukan batas-batas suku bangsa secarakonkret. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam menentukan batasbatassuatu masyarakat atau suku bangsa adalah sebagai berikut.
  1. Kesatuan manusia yang dibatasi oleh kesamaan ras atau ciri-cirijasmaniah.
  2. Kesatuan masyarakat yang bertempat tinggal pada suatu desaatau lebih.
  3. Kesatuan masyarakat yang mengucapkan suatu bahasa atau satulogat bahasa.
  4. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh suatudaerah politik administrasi.
  5. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasaidentitas penduduknya sendiri.
  6. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh suatuwilayah geografis.
  7. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh kesatuanekologis.
  8. Kesatuan masyarakat yang memiliki pengalaman sejarah yangsama.
  9. Kesatuan masyarakat yang anggota-anggotanya melakukaninteraksi dengan frekuensi tinggi dan merata.
  10. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial seragam.
Antara prinsip yang satu dan lainnya biasanya saling terkait.Contohnya suku bangsa Aborigin merupakan kesatuan manusiayang memiliki warna kulit cokelat-hitam, rambut hitam keriting,bertempat tinggal di daerah pedalaman Australia. Mereka adalahpenduduk asli Australia dengan pengalaman sejarah yang sama.Setiap anggotanya mengidentifikasikan diri dengan pola perilakuyang berlaku dalam masyarakatnya sehingga sulit berbaur denganmasyarakat pendatang (orang kulit putih), yang jumlah anggotanyarelatif sedikit. Oleh karena itu, komunikasi antarsesamanya tinggidan merata yang didasari oleh suatu susunan sosial.
Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa. Antara satusama lain memiliki ciri tersendiri yang menjadi kekayaan budayabangsa yang merupakan sifat dari Bhinneka Tunggal Ika. Setiap sukubangsa berkembang sesuai dengan lingkungan alam, sosial, danbudaya sehingga akan menjadikan keanekaragaman bahasa daerah,adat istiadat, kebiasaan, dan hukum adat. Suku bangsa di Indonesiamemiliki banyak kesamaan, yaitu:
  1. persamaan kehidupan sosial atas dasar kekeluargaan;
  2. asas-asas yang sama atas hak milik tanah;
  3. asas-asas yang sama dalam bentuk persekutuan masyarakat,seperti bentuk kekerabatan, adat perkawinan;
  4. asas-asas yang sama dalam hukum adat.
Keanekaragaman budaya daerah secara keseluruhan berpadudalam suatu kesamaan dan keseragaman, yaitu lingkungan, hukumadat, dan asal budaya. Kebudayaan daerah, sebagai tonggakkebudayaan nasional memiliki potensi yang besar, yaitu sebagaiberikut.
  1. Memiliki, mengandung, dan menyimpan kemampuan ataukekuatan untuk bersatu sebagai satu bangsa sehingga menjadidaya tarik dan keindahan dari keanekaragaman budaya.
  2. Memancarkan potensi ekonomis, yaitu menarik wisatawan, daridalam ataupun luar negeri.
  3. Merupakan kebanggaan daerah masing-masing, di sampingsebagai unsur penggerak kesadaran bangsa.
Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsadengan kebudayaannya yang berbeda-beda, antara satu suku bangsadan suku bangsa yang lain. Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap sukubangsa sebagai ciri dari suku bangsa yang bersangkutan, terutama cirisosialnya seperti bahasa, struktur masyarakat, sistem politik, dan lain-lain. Warga masyarakat dari salah satu suku bangsa apabila beradadi luar daerahnya, dalam keadaan tertentu cenderung mewujudkanrasa setia kawan atau solidaritas dengan sesamanya. Contohnya, diJakarta atau di kota-kota besar lainnya, identitas setiap suku bangsacenderung tidak tampak. Akan tetapi, pada saat mereka sedangberkumpul atau berbicara, akan terlihat jelas karena biasanya setiapsuku bangsa memiliki logat bicara, atau pakaian adat yang khas,berbeda dengan suku bangsa yang lain.
Bagi orang-orang yang tinggal di luar wilayah suku bangsanya,akan menganggap daerah asal sebagai kampung halaman yangdiwarisi turun-temurun dari nenek moyang mereka. Begitu pulabagi orang dari salah satu suku bangsa yang berada di suatu daerah(pribumi), apabila kedatangan orang lain dari suku bangsa yangberbeda, akan mengatakan pendatang sebagai “orang luar” atau“bukan orang kita”.
Perbedaan suku bangsa dan budaya jangan menjadikan setiap orangmerasa dari satu suku bangsa yang unggul sehingga meremehkan oranglain dari suku bangsa yang berbeda. Perasaan kesukuan yang tinggipun bisa mengakibatkan terjadinya konflik di antara mereka. Perasaansemacam ini harus dihilangkan karena kita sebagai bangsa Indonesiawajib menghargai perbedaan suku bangsa sebab kebudayaanmerupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Keanekaragamanbudaya bangsa merupakan warisan masa lampau yang sekarang masihdapat dinikmati. Oleh karena itu, keberadaan keanekaragaman budayatersebut perlu untuk dilindungi, diper tahan kan, dan dipelihara. Halini karena mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur sebagaikekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai.
Adapun sarana pergaulan yang penting di antara suku bangsayang berbeda-beda yang berguna untuk mem-pertahankankeutuhan bangsa dan negara adalah sebagai berikut.
  1. Adanya bahasa pengantar yang sama, dalam hal inibahasa Melayu (bahasa Indonesia) yang digunakandalam pergaulan masyarakat. Bahasa yang sama akanmenjadikan pandangan beberapa suku bangsa yangbertemu menjadi sama. Tidak akan terjadi kesalahpahamandi antara mereka, mengingat adanyakesamaan arti dalam berkomunikasi.
  2. Adanya pasar sebagai tempat pertukaran dan jual belialat-alat kebutuhan hidup manusia. Dengan adanyapasar, antarsuku bangsa dapat mudah untuk bertemudan saling melakukan jual beli. Di dalamnya terdapatinteraksi yang semakin mendalam, sehingga akandapat tercapai kerukunan dan keharmonisan hidupdi antara beraneka macam suku bangsa.
  3. Adanya pelabuhan sebagai pintu masuk penyebaranbarang-barang yang diperlukan masyarakat, mengingatnegara kita adalah negara kepulauan.
  4. Adanya kemajuan di bidang komunikasi dantransportasi. Tentu saja hal ini akan lebih mempermudahhubungan atau interaksi antara sukubangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain. Jikayang menjadi permasalahan adalah jarak, dengankemajuan komunikasi dan transportasi semuanyaakan menjadi lebih mudah.
Namun demikian, yang perlu ditanamkan bahwaperbedaan yang ada di antara suku-suku bangsa yangada bukanlah dimaksudkan untuk melihat budaya manayang lebih baik atau bahasa mana yang lebih baik,melainkan semua perbedaan yang ada harus dilihat dalamkonteks diferensiasi sosial, bukanlah stratifikasi sosial.Karena jika dilihat dari sisi stratifikasi, yang terjadi justrudi antara suku bangsa saling bersaing dan berusaha untuksaling mengungguli satu sama lainnya. Maka apa akibatberikutnya yang terjadi? Ya sudah dapat dipastikan akanterjadi konflik antarsuku bangsa.

Diferensiasi Sosial

1.    Pengertian Diferensiasi Sosial
     Masyarakat dibentuk oleh sekumpulan individu yang masing-masing mempunyai potensi atau kemampuan yang berbeda-beda. Keanekaragaman individu yang saling berinteraksi ini disebut dengan ”perbedaan sosial”. Diferensiasi sosial adalah proses penempatan orang-orang dalam berbagai kategori sosial yang berbeda, yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan yang diciptakan secara sosial. Menurut Soerjojo Soekanto, diferensiasi sosial adalah variasi pekerjaan, prestise, dan kekuasaan kelompok dalam masyarakat, yang dikaitkan dengan interaksi atau akibat umum dari proses interaksi  sosial yang lain.

     Diferensiasi sosial terjadi akibat pola interaksi individu yang memiliki ciri-ciri fisik dan non fisik berbeda-beda, meliputi:
a.   Ciri fisik,  seperti bentuk dan tinggi tubuh, raut muka, warna kulit, warna rambut dan lain-lain.
b.  Ciri Sosial, seperti organisasi-organisasi tertentu yang membatasi keanggotaan hanya pada tingkat-tingkat tertentu pula dalam masyarakat.
c. Ciri budaya, seperti adanya anggapan bahwa budaya dan gelar kesarjanaan luar negeri lebih baik daripada yang dalam negeri. Dalam lingkup yang lebih luas meliputi bentuk organisasi, kebiasaan dan sistem nilai budaya lainnya.

     Diferensiasi sosial merupakan karakteristik sosial yang membuat individu atau kelompok terpisah dan berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a.    Usia
b.   Gender (jenis kelamin)
c.    Latar belakang etnik

2.    Faktor-faktor pembentuk ketidaksamaan Sosial
     Kalau kita amati, dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui adanya pembedaan antara kaum pria dan wanita (jenis kelamin), jenis pekerjaan, suku bangsa, ras dan agama. Hal itu menunjukkan adanya keanekaragaman dalam masyarakat yang penggolongannya bukan atas dasar tinggi rendahnya penggolongan tersebut, tetapi lebih ditekankan pada klasifikasi masyarakat secara horisontal. Artinya tidak ada golongan yang lebih rendah atau lebih tinggi akibat dari penggolongan tersebut.

      Diferensiasi sosial masyarakat ditandai dengan adanya perbedaan faktor-faktor sebagai berikut.
a.   Perbedaan Ciri-ciri fisik
     Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri fisik tertentu yang mendasari lahirnya pembagian ras, seperti bentuk kepala, bentuk badan, warna kulit, warna rambut dan warna mata. Menurut Andre Ketzsus, berbagai ciri fisik dapat dikemukakan sebagai berikut.
1)   Bentuk kepala, dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a)   Dolichepalis (kepala bertengkorak panjang)
b)   Meshochepolis (kepala bertongkorak sedang)
c)    Branehyshepalis (kepala bertengkorak pendek)
2)  Bentuk badan, yang menjadi dasar pembeda adalah bahwa manusia dewasa mempunyai ketinggian rata-rata 150-178 cm sehingga seseorang yang memiliki ketinggian lebih dari 178 cm dan kurang dari 150 cm masuk dalam golongan tersendiri.
3)   Bentuk hidung, meliputi.
      a)   Jepthorine (hidung sempit atau kecil)
      b)    Mesosorshine ( hidung sedang) dan
      c)    Platirhina (hidung lebar dan besar)
4)   Bentuk rambut yang dibagi menjadi tiga, yaitu.
            a)    Leiotris (rambut lurus) dimiliki orang tionghoa, dan eskimo (Mongoloid  
                    dan Kaokosoid).
b)  Cyimotris (rambut halus dan pirang), dimiliki oleh etnis dari ras Nordic, Alpine dan Medetranian.
   c)   Ulotris (rambut gimbal) dimiliki sebagian ras Negroid di benua Afrika
          dan Ras Malenesia
5)    Warna kulit, menurut F. J Blumenbach, dikelompokkan menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
a)      Kulit putih, dimiliki ras Kaukososid
b)      kulit hitam, dimiliki oleh ras dari Negroid, malenesian, dan Polynesian
c)      Kulit sawo matang, dimiliki ras Malayan Mongoloid.
d)     kulit Kuning, dimiliki ras Asiatic Mongoloid dan Eskimo.
e)      kulit Merah, dimiliki ras orang-orang Indian dn penduduk asli benua Amerika.
6)    Warna Mata, meliputi warna hitam, biru dan coklat serta abu-abu.

b.   Perbedaan Ciri-ciri sosial
     Perbedaan ini berkaitan dengan status dan peranan warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ditentukan pula oleh perbedaan mata pencaharian, prestise dan kekuasaan. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan penghasilan sehingga menimbulkan kesan adanya tingkatan tinggi rendah walaupun sebenarnya tidak menunjukkan adanya kelas-kelas sosial tetapi terwujud dengan adanya perbedaan, seperti perbedaan antara petani, pedagang, karyawan, pegawai negeri, polisi dan TNI.

c.   Perbedaan Ciri-ciri Budaya
     Perbedaan pada faktor ini, berhubungan adanya perbedaan pandangan hidup suatu masyarakat yang menyangkut pelaksanaan nilai, norma, sistem religi, sistem kekerabatan. Bahasa yang dipakai, kesenian, etos kerja, tehnologi, sistem kemasyarakatan, juga pakain adat.

3.    Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
      Berdasarkan bentuknya diferensiasi sosial dapat dibedakan sebagai berikut.
a.   Diferensiasi berdasarkan ras
      Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun meiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang sama. Ras adalah pengertian biologis dan bukan pengertian sosio kultural. Artinya, apabila kita menyebut suatu kelompok ras, maka yang kita kemukakan adalah ciri-ciri fisik, bukan sifat mental atau sifat kebudayaan. Ilmu yang mempelajari ras-ras manusia dinamakan Somatologi.

     A.L. Kroeber membuat klasifikasi ras di dunia sebagai berikut.
1)   Austroloid : penduduk asli Australia (Aborigin)
2)   Mongoloid
o   Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur)
o   Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, penduduk asli Taiwan)
o   American Mongoloid (Penduduk asli Amerika)
3)    Caucasoid
o   Nordic (Eropa Utara, sekitar laut Baltik)
o   Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
o   Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)
o   Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Srilanka)
4)    Negroid
o   African Negroid (Benua Afrika)
o   Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya, yang dikenal sebagai orang Semang, Filipina)
o   Melanesian (Irian, Melanesia)
5)  Ras-ras Khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok)
o   Bushman (Gurun Kalahari – Afrika Selatan)
o   Veddoid (Pedalaman Srilanka dan Sulawesi Selatan)
o   Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia)
o   Ainu (di pulau Karafutu dan Hokaido – Jepang)

b.   Diferensiasi Sosial berdasarkan agama
       Suatu bentuk pengelompokkan masyarakat berdasarkan perbedaan agama yang dianut oleh seseorang. Berdasarkan agama yang dipeluk oleh seseorang atau kelompok, maka manusia dapat dibedakan atas golongan-golongan agama. Misalnya kelompok masyarakat penganut agama Islam dinamakan golongan Islam. Begitu pula dengan golongan Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

c.   Diferensiasi Sosial berdasarkan Klan
       Suatu bentuk pengelompokkan masyarakat berdasarkan perbedaan diferensiasi sosial latar belakang kekerabatan seseorang yang terdiri atas satu nenek moyang yang dilihat melalui garis keturunan. Klen adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdapat dalam masyarakat dengan menarik garis keturunan secara unilateral, yaitu melalui garis dari pihak ibu (matrilineal) saja, atau dari pihak bapak (patrilineal) saja.
      Dalam keterkaitan dengan perkawinan, klen bersifat eksogami, artiya anggota-anggota dari satu klen tidak boleh kawin-mengawini di dalam klen itu sendiri. Jadi, harus mencari jodoh ke klen lain.

d.   Diferensiasi sosial berdasarkan jenis kelamin
     Suatu bentuk pengelompokkan masyarakat dilhat berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang dimiliki seseorang. Jenis kelamin merupakan kategori sosial yang diperoleh manusia sejak lahir.
      Para Sosiolog berkeyakinan bahwa secara biologis pria tidak lebih tinggi daripada wanita dalam merebut kesempatan yang berhubungan dengan ekonomi, hak istimewa, dan prestise.

e.   Diferensiasi sosial berdasarkan profesi
     Suatu bentuk pengelompokkan masyarakat berdasarkan diferensiasi jenis profesi atau pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang. Profesi akan terbentuk kalau berbagai kelompok hanya mengerjakan satu tugas tertentu Di masyarakat dapat dijumpai berbagai macam profesi seperti petani, nelayan, peternak, tukang, dokter dan sebagainya.

f.   Diferensiasi sosial berdasarkan suku bangsa
     Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial yang lain karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul, tempat asal, dan kebudayaan.
Ciri-ciri yang paling mendasar itu antara lain :
1)   Tipe fisik yang sama
2)   Bahasa daerah yang sama
3)   Adat istiadat yang sama, termasuk hukum adatnya
4)   Kesenian yang sama.

4.   Faktor-faktor penyebab diferensiasi sosial masyarakat Indonesia.
a.    Keadaan Geografis Wilayah Indonesia
      Fakta-fakta yang mendukung pernyataan di atas adalah sebagai beikut:
1)            Indonesia mempunyai 17.508 pulau besar dan kecil yang tersebar di seluruh wilayah teritorialnya; Masing-masing pulau dipisahkan oleh laut atau selat sepanjang ekuator dari 6 LU – 11 LS dan 95 BT – 141 BT. Keadaan tersebut menyebabkan nenek moyang bangsa Indonesia harus menetap di daerah yang terpisah-pisah satu sama lain sehingga tumbuh menjadi satu kesatuan yang masing-masing berbeda corak kehidupan dan kebudayaannya.
2)            Letak indonesia di antara dua benua dan dua samudra
          Faktor ini menyebabkan terciptanya kemajemukan agama. Seperti masuknya pengaruh agama Hindu dan Budha yang pertama kali masuk, disusul agama Islam di abad 13, agama katolik pada abad 16 yang dibawa oleh orang-orang Portugis dan kemudian agama Kristen protestan yang dibawa orang-orang Belanda.
3)            Perbedaan iklim dan kesuburan tanah
         Faktor ini menciptakan diferensiasi regional dalam bentuk perbedaan mata pencaharian penduduk, perbedaan tehnologi, perbedaan peralatan hidup dan sistem sosial.

Perbedaan-perbedaan di atas terlihat secara horizontal. Perbedaan inilah dalam sosiologi dinamakan dengan istilah diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Secara istilah pengertian diferensiasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam golongan secara horizontal, mendatar, dan sejajar atau tidak memandang perbedaan lapisan. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.

Dengan demikian, dalam diferensiasi sosial tidak dikenal adanya tingkatan atau pelapisan, seperti pembagian kelas atas, menengah, dan bawah. Pembedaan yang ada dalam diferensiasi sosial didasarkan atas latar belakang sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak sama dalam masyarakat, klan, etnis, dan agama. Kesemuanya itu disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berdasarkan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.


Ciri Dasar Diferensiasi Sosial

Pada dasarnya keberadaan diferensiasi sosial ditandai dengan adanya ciri-ciri utama, yaitu:

  • Ciri Fisik

Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya: warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dan sebagainya.

  • Ciri Sosial

Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk di dalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise, dan kekuasaan.
Contoh: pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.

  • Ciri Budaya

Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dan sebagainya.


Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural


Pengertian dan Macam-macam Kelompok

1. Pengertian kelompok

Kelompok merupakan konsep yang sangat umum dipakai dalam sosiologi dan antropologi. Sebenarnya kelompok merupakan kumpulan manusia yang memiliki syarat-syarat tertentu, dengan kata lain tidak semua pengumpulan manusia dapat disebut sebagai kelompok.

Robert Biersted menyebut adanya tiga kriteria kelompok, yaitu: (1) ada atau tidaknya organisasi, (2) ada atau tidaknya hubungan sosial di antara warga kelompok, dan (3) ada atau tidaknya kesadaran jenis di antara orang-orang yang ada dalam kelompok dimaksud.

Berdasarkan analisis menggunakan tiga kriteria tersebut dalam masyarakat dikenal beberapa jenis atau macam kelompok, yaitu: (1) asosiasi, (2) kelompok sosial, (3) kelompok kemasyarakatan, dan (4) kelompok statistik.

Keterangan:

a. Asosiasi

Asosiasi merupakan kelompok yang memenuhi tiga kriteria Biersted tersebut. Suatu asosiasi atau organisasi formal terdiri atas orang-orang yang memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, ada hubungan sosial di antara warga kelompok dan organisasi.

b. Kelompok sosial (Social Groups)

Kelompok yang para anggotanya memiliki kesadaran akan kesamaan jenis serta hubungan sosial di antara warganya, tetapi tidak mengenal organisasi, oleh Biersted disebut sebagai kelompok sosial.

c. kelompok kemasyarakatan (Societal Groups)

Kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang berisi orang-orang yang memiliki kesadaran jenis saja, tidak ada hubungan sosial di antara orang-orang tersebut maupun organisasi, disebut sebagai kelompok kemasyarakatan (societal groups).

Misalnya kelompok laki-laki, kelompok perempuan. Orang sadar sebagai “sesama laki-laki” atau “sesama perempuan”, namun tidak ada organisasi ataupun komunikasi di antara mereka.

d. Kelompok statistik

Bentuk terakhir dari kelompok adalah kategori atau kelompok statistik, yaitu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kesamaan jenis (misalnya jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan sebagainya), tetapi tidak memiliki satu pun dari tiga kriteria kelompok menurut Biersted.

Sebenarnya kelompok statistik bukanlah “kelompok”, sebab tidak memiliki tiga ciri tersebut. Kelompok statistik hanyalah orang-orang yang memiliki kategori statistik sama, misalnya kelompok umur (0-5 tahun, 6-10 tahun, dst.) yang dipakai dalam data penduduk Biro Pusat Statistik. Dalam kelompok ini sama sekali tidak ada organisasi, tidak ada hubungan antar-anggota, dan tidak ada kesadararan jenis.

2. Berbagai macam kelompok/asosiasi dalam masyarakat

a. In group-Out group

Ingroup (kelompok dalam) merupakan kelompok sosial di mana di antara anggota-anggotanya saling simpati dan mempunyai perasaan dekat satu dengan lainnya. Misalnya: kliq. Outgroup (kelompok luar) ialah kelompok yang berada di luar suatu kelompok yang ditandai oleh adanya antagonisme, prasangka atau antipati. Misalnya orang-orang kulit hitam di lingkungan orang-orang kulit putih. Klasifikasi kelompok demikian dikemukakan oleh W.G. Sumner (1940).

b. Kelompok Primer dan sekunder

Klasifikasi ini dikemukakan oleh C.H. Colley (1909). Kelompok primer dan sekunder dibedakan berdasarkan ada tidaknya ciri saling mengenal atau kerjasama yang erat dan bersifat personal di antara anggota-anggotanya. Kelompok dengan ciri demikian disebut kelompok primer, dan yang tidak disebut kelompok sekunder.

c. Gemainschaft dan Gesselschaft

Klasifikasi ini dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies (1967). Gemainschaft (paguyuban) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Hubungan antar-anggota kelompok paguyuban memiliki ciri : (1) intim, (2) privat, dan (3) eksklusif. Misalnya keluarga.

Menurut Tonnies, ada tiga tipe gemainschaft, yaitu: (1) gemainschaft by blood, contohnya keluarga atau kelompok kekerabatan (klen), (2) gemainschaft of place, misalnya orang-orang se-RT/RW, (3) gemainschaft of mind, yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang memiliki jiwa atau ideology yang sama, sehingga meskipun bertempat kediaman yang saling berjauhan dan tidak memiliki kesamaan keturunan/keluarga tetapi tetap memiliki hubungan yang erat, intim, kekal dan dalam. Misalnya: kelompok keagamaan (umat), sekte, kelompok kebatinan, dan sebagainya.

Sedangkan Gesselschaft (patembayan) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang didasarkan pada ikatan lahir dan bersifat kontraktual. Contohnya: Sebuah Perusaahaan atau organisasi buruh.

d. Kelompok Formal dan Informal

Klasifikasi ini dikemukakan oleh van Doorn dan Lammers (1964). Kelompok formal merupakan kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan. Di dalam kelompok formal terdapat pembatasan yang tegas mengenai hak-hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab anggota-anggota kelompok sesuai dengan statusnya masing-masing, baik fungsional maupun struktural.

Kelompok informal merupakan kelompok yang dibangun berdasarkan hubungan-hubungan yang bersifat personal dan tidak ditentukan oleh aturan-atuan yang resmi.

e. Kelompok organik dan mekanik

Klasifikasi ini dikemukakan oleh Emmile Durkheim didasarkan pada ada tidaknya pembagian kerja dalam kelompok. Di dalam kelompok organik terdapat pembagian kerja yang rinci dan tegas di antara anggota-anggotanya, sedangkan pada kelompok mekanik tidak terdapat pembagian kerja. Ada tidaknya pembagian kerja ini menimbulkan pula sifat solidaritas antar-anggota yang berbeda. Pada kelompok organik terdapat solidaritas organik, dan dalam kelompok mekanik terdapat solidaritas mekanik.

f. Membership dan reference group

Klasifikasi ini dikemukakan oleh Robert K. Merton. Membership Group merupakan kelompok dengan anggota-anggota yang tercatat secara fisik sebagai anggota. Sedangkan reference group merupakan kelompok acuan, maksudnya orang menjadikan kelompok yang bersangkutan sebagai acuan bertindak dan berperilaku, walaupun secara fisik ia tidak tercatat sebagai anggota.

g. Kelompok-kelompok semu dan tidak teratur

1) kerumunan

Kerumunan ialah sekumpulan orang yang tidak terorganisir dan bersifat sementara. Suatu kerumumnan dapat memiliki pemimpin, tetapi tidak memiliki struktur dan pembagian kerja. Identitas seseorang akan tenggelam apabila berada dalam sebuah kerumunan.
Tipe-tipe kerumunan

a) Khalayak penonton (pendengar formal/formal audience)

Kerumunan demikian mempunyai perhatian dan tujuan yang sama, misalnya penonton bioskop, pengunjung khotbah agama, dsb.

b) Kelompok ekspresif yang direncanakan (planned expressive group)

Kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang mempunyai tujuan sama tetapi pusat perhatiannya berbeda-beda, misalnya kerumunan orang-orang yang berpesta

c) Kumpulan orang yang kurang menyenangkan (inconvinent aggregations)

Dalam kerumunan semacam ini kehadiran orang lain merupakan halangan bagi seseorang dalam mencapai tujuan. Misalnya: antre tiket, kerumunan penumpang bus, dst.

d) Kumpulan orang-orang yang panik (panic crowd)

Ialah kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang menghindari bencana/ancaman. Misalnya pengungsi

e) Kerumunan penonton (spectator crowd)

Yaitu kerumunan orang-orang yang ingin melihat sesuatu atau peristiwa tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan formal audience, tetapi tidak terencana

f) Lawless crowd

Yaitu kerumunan orang-orang yang berlawanan dengan hukum, misalnya: acting mobs, yakni kerumunan orang-orang yang bermaksud mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik. Contoh lain: immoral crowd, seperti formal audience, tetapi bersifat menyimpang.

2) publik (massa)

Seringkali disebut dengan khalayak umum atau khalayak ramai. Publik semacam dengan kelompok hanya tidak menjadi kesatuan, hubungan sosial terjadi secara tidak langsung, melainkan melalui alat-alat komunikasi massa, seperti: media massa cetak, elektronik, termasuk pembicaraan berantai, desas-desus, dan sebagainya.
Refarensi:

Mobilitas Sosial Horizontal

Untuk mendeskripsikan perubahan struktur sosial dalam dimensi horizontal dapat dilihat dari mobilitas sosial horizontal, yaitu yang menyangkut perpindahan antarkedudukan yang sejajar, perubahan antarwilayah yang sejajar, atau sebaliknya. Dalam dunia kepegawaian mobilitas horizontal ini sering dilakukan secara periodik untuk mencapai peningkatan kinerja bagi para pegawainya.
  • Tujuan Mobilitas Sosial Horizontal

  1. Untuk meningkatkan kegairahan kerja dengan melalui pergantian atau variasi orang atau wilayah yang berbeda-beda.
  2. Untuk meningkatkan produktivitas kerja sekaligus menghindari penyimpangan-penyimpangan terhadap komunitas wilayah yang lama.
  3. Untuk mendewasakan kemampuan seorang pejabat dalam mengatasi macam-macam bentuk karakter wilayah.
  • Macam-Macam Mobilitas Sosial Horizontal

Beberapa tipe gerak mobilitas sosial horizontal, antara lain sebagai berikut.

1) Mobilitas Sosial Antarwilayah (Geografis)
Mobilitas sosial antarwilayah pada hakikatnya adalah semua bentuk perubahan atau perpindahan status oleh individu atau kelompok individu dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Peristiwa perpindahan status ini dapat terjadi setiap saat, manakala terjadi perombakan sistem kebijakan dalam suatu struktur masyarakat yang disebabkan karena faktor-faktor ideologi, faktor politik dan ekonomi, maupun faktor-faktor sosial budaya.

Dalam struktur organisasi baik struktur organisasi pemerintah maupun swasta istilah mobilitas sosial antarwilayah dikenal dengan nama rolling job yaitu perpindahan job atau jabatan yang sejajar tetapi berbeda wilayahnya. Ini mutlak harus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan kinerja suatu organisasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan mobilitas sosial berikut ini.

Dari bagan mobilitas antarwilayah di atas, dapat dilihat bahwa mobilitas sosial yang terjadi hanya merupakan pergeseran daerah saja. Dengan demikian melalui mobilitas sosial antarwilayah kita dapat menyesuaikan diri dengan baik.

2) Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas sosial antargenerasi merupakan salah satu bentuk dari mobilitas sosial horizontal yang meliputi satu lingkungan genealogis, sehingga terjadi peralihan generasi yang satu terhadap generasi yang lain. Berdasarkan struktur generasinya, mobilitas sosial akan menimbulkan perubahan kedudukan dari generasi tua ke generasi muda bahkan ke generasi berikutnya. Generasi yang menggambarkan perubahan kedudukan dari generasi yang pertama, generasi yang kedua, dan generasi yang ketiga seperti ini dinamakan mobilitas sosial antargenerasi.

Pada dasarnya mobilitas sosial antargenerasi adalah perpindahan social dari suatu generasi ke generasi berikutnya atau perpindahan kedudukan dan peran sosial dari generasi tua ke generasi muda. Mobilitas social antargenerasi ini sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terjadi pada pergantian generasi tentang kepemimpinan nasional Negara kita, pergantian pimpinan, dan pergantian jabatan dari generasi tua ke generasi berikutnya.

Untuk mengetahui perkembangan suatu generasi, apakah mengalami peningkatan atau justru mengalami penurunan maka dapat dilihat melalui mobilitas antargenerasi tersebut. Melalui mobilitas antargenerasi ini kita tidak hanya memandang bahwa pelaku yang memiliki kedudukan selalu sama orangnya melainkan adalah anak keturunannya. Dalam kehidupan sehari-hari mobilitas sosial antargenerasi ada kecenderungan naik walaupun bagi generasi-generasi tertentu justru mengalami penurunan kualitas dari masing-masing generasi.

Apabila kita perhatikan dalam kehidupan sekarang, mobilitas social antargenerasi sering kita temui, seperti pada pergantian suatu jabatan organisasi, lembaga sosial, atau kepemimpinan nasional (presiden). Pergantian tersebut berjalan secara estafet dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian mobilitas sosial antargenerasi merupakan peristiwa sosial secara alamiah dari suatu sistem kemasyarakatan yang menunjukkan adanya dinamika sosial dari keseluruhan struktur social kemasyarakatan.

Hal yang menarik untuk dikaji secara sosiologis adalah sejauh mana prestasi sosial atau generasi sebagai angkatan kerja baik atau turun dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Dengan kata lain, adakah perbedaan status seorang anak sebagai kepala rumah tangga dengan status ayahnya sebagai kepala rumah tangga?

Untuk mengetahui sejauh mana posisi atau generasi naik atau turun dibandingkan dengan generasi pendahulunya diperlukan penelitian yang cermat. Apabila generasi sekarang tetap menempati posisi yang sama seperti generasi pendahulunya berarti tidak ada mobilitas antargenerasi. Misal, keluarga ayah petani begitu pula keluarga anak dan keluarga cucu.

Bagan Mobilitas Sosial Horizontal


Dengan memerhatikan bagan mobilitas sosial horizontal di atas maka jelaslah bahwa perubahan kedudukan yang terjadi adalah mendatar dalam arti tidak naik dan tidak turun, tetapi dari bidang atau wilayah yang satu ke bidang atau wilayah yang lain. Perubahan ini tentu akan mengakibatkan adanya penyesuaian dan koordinasi yang berbeda mengingat tiap-tiap wilayah atau tiap-tiap bidang pekerjaan memiliki karakteristik sendiri-sendiri.

Dari bagan mobilitas antargenerasi di atas kita dapat mengetahui bahwa:
  1. pelaku yang memegang kedudukan berbeda yaitu dari seorang kakek, kepada anak dan kepada cucu dan
  2. melalui mobilitas antargenerasi ini dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan dari suatu generasi.

Cara Belajar, Berprestasi Di Sekolah, Ayo Sekolah, Ilmu Teknik, Cara Mudah Belajar, Sekolah Dasar, Rajin Pangkal Pandai, Mari Belajar, Sekolah Untuk Semua, Bangku Sekolah

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai judul diatas. Mari kita mencari tahu terlebih dahulu pengertian dari Kelompok itu sendiri: Grup adalah 2 orang atau lebih yang saling berinteraksi , memiliki kebutuhan yang sama dan saling mempengaruhi satu sama yang lain dalam memenuhi kebutuhan. Jadi bisa kita simpulkan bahwa sekelompok orang yang sedang mengantri tiket di lobi tidak bisa disebut dengan grup, walau memiliki tujuan sama tapi tidak ada interaksi diantaranya.
Kelompok sosial dibagi 2:
1. Kelompok sosial yang teratur:
Dapat kita sebut sebagai sebuah kelompok yang sengaja dibuat serta memiliki aturan-aturan yang tegas didalamnya. salah satu ciri-cirinya adalah memiliki program kegiaan yang terus menerus dalam pencapaian tujuan yang jelas. Dibagi atas:
  • in group dan outgroup: in group kelompok sosial dimana individu mengindentifikasi dirinya sendiri. Sedangkan outgroup : diindentifikasi oleh individu sebagai lawan dr in group.
  • Kelompok primer dan sekunder: kelompok primer : kelompok dimana para individu saling mngenal satu sama lain dan berinteraksi secara pribadi serta sifat interaksi nya bersifat tatap muka ( karyawan dalam suatu perusahaan ). Sedangkan sekunder: merupakan kebalikan dari kelompok primer, yang dimana hubungan sosial diantaranya tidak begitu baik atau langgeng.
  • Paguyuban dan petembayan: Paguyuban: merupakan kelompok yang iktannya berupa ikatan batin memiliki sifat yang ilmiah dan kekal contohnya seperti hubungan antar suku atau ras. Sedangkan patembayan: suatu hubungan kelompok yang bersifat kontraktual atau berdasarkan perjanjian. Contoh: Perjanjian suatu perusahaan.
  • Formal dan informal:perbedaan di keduanya adalah pada letak penyusunan koordinasi kelompok, seperti ketua, wakil, sekretaris, dll. Formal memiliki koordinasi tersebut sedangkan informal tidak.
  • Membership group dan reference group: Membership: suatu individu secara fisik menjadi kelompok tersebut, sedangkan reference group:  individu tidak tercatat secara fisik dalam suatu anggota atau kelompok untuk membentuk kepribadian setiap anggota yang terdaftar secara fisik. Contohnya fans klub.
Kelompok sosial tidak teratur:
Merupakan kebalikan dari kelompok sosial yang teratur. Pembentukannya tidak melalui rencana atau tidak adanya aturan yang kuat atau tegas didalamnya. Macam kelompok yang tidak teratur adalah:
  • Crowd ( kerumunan ): dari namanya kita bisa menarik suatu hipotesis bahwa kerumunan terjadi secara spontan. Jika dijelaskan secara formal, crowd adalah keadaan dimana individu-individu berkumpul secara bersama disuatu tempat yang sama secara bersamaan.
Sumber: