Pengertian dan Contoh Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial berasal dari kata mobilitas dan sosial. Mobilitas
merupakan kata baku dari bahasa Inggris mobility, yang artinya pergerakan.
Sesuatu yang bergerak berarti terdapat perubahan, yaitu berpindah posisi dari
satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, mobilitas sosial adalah perubahan posisi
seseorang dalam masyarakat.
Mobilitas atau pergerakkan sosial dalam masyarakat akan terjadi setiap
saat karena masyarakat adalah kelompok manusia yang bersifat
dinamis. Setiap manusia tidak pernah puas dengan keadaan dirinya. Ia akan
selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Menurut Soerjono Soekanto gerak sosial atau social mobility diartikan
sebagai suatu gerak dalam struktur sosial(social structure), yaitupola-pola tertentu yang
mengatur organisasisuatu kelompok sosial.
Sebagai contoh: seorang yang hidupnya menganggur pasti tidak akan
betah dengan keadaannya. Dalam keadaan menganggur, ia mungkin tidak
mempunyai penghasilan. Padahal kebutuhan hidupnya akan selalu ada dan
bertambah. Oleh karena itu, ia akan berpikir keras dan berusaha untuk dapat
keluar dari keadaan tersebut dan meningkatkan status sosialnya.
Tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil ada dua macam, yakni:
1. Mobilitas Horizontal
Mobilitas sosial horizontal dalam masyarakat banyak sekali terjadi yang pada dasarnya merupakan perpindahan dari suatu posisi ke posisi lainnya yang sederajat.Perpindahan ini dapat berupa perpindahan status sederajat, seperti menteri pertanian menjadi menteri pariwisata, perpindahan wilayah seperti siswa yang berangkat ke sekolah atau orang kantoran yang berangkat kerja.
2. Mobilitas Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan
sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Misal naik kelas, naik jabatan, dsbnya. Ia dipengaruhi
oleh kekayaan, pendidikan dan kekuasaan.
Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis mobilitas sosial vertikal,
yaitu yang naik ( social climbing) dan yang turun ( social sinking).Mobilitas vertikal naik
Mobilitas vertikal naik ( climbing mobility) berarti terjadi perubahan
kedudukan menjadi lebih tinggi. Pada mobilitas sosial vertikal naik akan
mengubah status dan peran sosial seseorang. Mobilitas vertikal naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
1) Masuknya individu dengan kedudukan rendah ke kedudukan yang
lebih tinggi. Contohnya seorang lurah yang karena prestasi kerjanya
dinilai baik, maka diangkat menjadi camat.
2) Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada
derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk
kelompok tersebut. Contohnya untuk menampung aspirasi, kepentingan,
dan menjadi wadah perjuangan bagi para pekerja, maka dibentuklah SPSI
(Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Di mana dalam hal ini SPSI memiliki
kedudukan yang lebih tinggi daripada para pembentuk dan pekerjapekerja
yang tergabung di dalamnya.
Pada mobilitas sosial vertikal turun, terjadi penurunan tingkat sosial seseorang.
Gerak sosial vertikal yang menurun juga mempunyai bentuk yang utama, yaitu:
1) Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah
derajatnya. Contohnya seorang pegawai negeri yang pensiun dari
dinas aktif. Ia mengalami penurunan dari status pegawai negeri aktif
menjadi pensiunan pegawai negeri.
2) Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi
kelompok sebagai kesatuan. Contohnya dualisme kepengurusan PSSI, dimana
kepengurusan lama kehilangan egitimasinya akibat berbagai kasus sehingga individu yang dulunya memiliki
wewenang dan kekuasaan dalam kelompok tersebut juga turut kehilangan wewenang dan
kekuasaan.
Sumber: PUJI Raharjo, Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009
Mobilitas sosial berasal dari kata mobilitas dan sosial. Mobilitas
merupakan kata baku dari bahasa Inggris mobility, yang artinya pergerakan.
Sesuatu yang bergerak berarti terdapat perubahan, yaitu berpindah posisi dari
satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, mobilitas sosial adalah perubahan posisi
seseorang dalam masyarakat.
Mobilitas atau pergerakkan sosial dalam masyarakat akan terjadi setiap
saat karena masyarakat adalah kelompok manusia yang bersifat
dinamis. Setiap manusia tidak pernah puas dengan keadaan dirinya. Ia akan
selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Menurut Soerjono Soekanto gerak sosial atau social mobility diartikan
sebagai suatu gerak dalam struktur sosial(social structure), yaitupola-pola tertentu yang
mengatur organisasisuatu kelompok sosial.
Sebagai contoh: seorang yang hidupnya menganggur pasti tidak akan
betah dengan keadaannya. Dalam keadaan menganggur, ia mungkin tidak
mempunyai penghasilan. Padahal kebutuhan hidupnya akan selalu ada dan
bertambah. Oleh karena itu, ia akan berpikir keras dan berusaha untuk dapat
keluar dari keadaan tersebut dan meningkatkan status sosialnya.
Tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil ada dua macam, yakni:
1. Mobilitas Horizontal
Mobilitas sosial horizontal dalam masyarakat banyak sekali terjadi yang pada dasarnya merupakan perpindahan dari suatu posisi ke posisi lainnya yang sederajat.Perpindahan ini dapat berupa perpindahan status sederajat, seperti menteri pertanian menjadi menteri pariwisata, perpindahan wilayah seperti siswa yang berangkat ke sekolah atau orang kantoran yang berangkat kerja.
2. Mobilitas Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan
sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Misal naik kelas, naik jabatan, dsbnya. Ia dipengaruhi
oleh kekayaan, pendidikan dan kekuasaan.
Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis mobilitas sosial vertikal,
yaitu yang naik ( social climbing) dan yang turun ( social sinking).Mobilitas vertikal naik
Mobilitas vertikal naik ( climbing mobility) berarti terjadi perubahan
kedudukan menjadi lebih tinggi. Pada mobilitas sosial vertikal naik akan
mengubah status dan peran sosial seseorang. Mobilitas vertikal naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
1) Masuknya individu dengan kedudukan rendah ke kedudukan yang
lebih tinggi. Contohnya seorang lurah yang karena prestasi kerjanya
dinilai baik, maka diangkat menjadi camat.
2) Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada
derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk
kelompok tersebut. Contohnya untuk menampung aspirasi, kepentingan,
dan menjadi wadah perjuangan bagi para pekerja, maka dibentuklah SPSI
(Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Di mana dalam hal ini SPSI memiliki
kedudukan yang lebih tinggi daripada para pembentuk dan pekerjapekerja
yang tergabung di dalamnya.
Pada mobilitas sosial vertikal turun, terjadi penurunan tingkat sosial seseorang.
Gerak sosial vertikal yang menurun juga mempunyai bentuk yang utama, yaitu:
1) Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah
derajatnya. Contohnya seorang pegawai negeri yang pensiun dari
dinas aktif. Ia mengalami penurunan dari status pegawai negeri aktif
menjadi pensiunan pegawai negeri.
2) Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi
kelompok sebagai kesatuan. Contohnya dualisme kepengurusan PSSI, dimana
kepengurusan lama kehilangan egitimasinya akibat berbagai kasus sehingga individu yang dulunya memiliki
wewenang dan kekuasaan dalam kelompok tersebut juga turut kehilangan wewenang dan
kekuasaan.
Sumber: PUJI Raharjo, Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009
0 komentar:
Posting Komentar