Mobilitas Sosial
Pengertian Mobilitas Sosial
Di dalam bahasa Indonesia, mobilitas berarti gerak (KBBI : 2001). Oleh karena itu, mobilitas sosial (social mobility) adalah suatu gerak dalam struktur sosial (social structure).
Dengan kata lain, mobilitas sosial dapat diartikan sebagai gerak
perpindahan dari suatu status sosial ke status sosial yang lain. Oleh
karena itu, mobilitas sosial disebut juga sebagai proses perpindahan sosial atau gerak sosial.
Setiap
gerak cenderung menimbulkan perubahan, baik itu perubahan posisi maupun
peralihan fungsi. Contoh seorang guru yang naik jabatan menjadi kepala
sekolah. Maka terjadi perubahan jenjang kepegawaian sekaligus perubahan
tugas. Demikian pula, seorang karyawan yang semula mendapat gaji bulanan
Rp 800.000,00 kemudian pindah pekerjaan karena tawaran gaji yang lebih
tinggi.
Proses
tadi tidak saja terbatas pada individu-individu saja, akan tetapi juga
pada kelompok-kelompok sosial. Dengan kata lain, perubahan dalam
mobilitas sosial ini meliputi hubungan antarindividu dalam kelompok atau
antara individu dan kelompok.
Jenis-Jenis Mobilitas Sosial
Sebagaimana diutarakan pada bab sebelumnya bahwa suatu masyarakat tersusun atas beberapa lapisan sosial. Lapisan-lapisan ini muncul dikarenakan adanya ”sesuatu yang dihargai”. Dalam hal ini ”sesuatu yang dihargai” berupa uang, tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, keturunan, dan lain-lain. Menurut Pitirim A. Sorokin, lapisan sosial merupakan ciri tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur.
Secara
teoretis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, dalam
kenyataannya terdapat kelompok-kelompok sosial yang berlaku universal
dan menjadi bagian dari sistem sosial. Lapisan sosial tersebut dapat
bersifat tertutup (closed social stratification) maupun terbuka (open social stratification).
Stratifikasi sosial tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang
dari satu lapisan ke lapisan sosial yang lain. Sebaliknya, dalam sistem
yang terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan berusaha
dengan kecakapan sendiri untuk naik ke lapisan lain yang lebih tinggi,
atau sebaliknya jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawah. Lapisan sosial
terbuka inilah yang memungkinkan terjadinya proses mobilitas sosial
dalam masyarakat. Secara prinsipiil, terdapat tiga jenis mobilitas
sosial, yaitu:
1. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas
sosial horizontal diartikan sebagai suatu peralihan individu atau
objek-objek sosial lain dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial
lain yang masih sederajat. Adanya gerak sosial horizontal, tidak
menyebabkan terjadinya perubahan dalam derajat kedudukan seseorang
ataupun suatu objek sosial. Misalnya, seseorang yang beralih
kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang sifatnya sederajat (dari tukang
kayu menjadi tukang batu atau dari pengusaha tekstil menjadi pengusaha
batik), melakukan transmigrasi, dan lain-lain. Dengan gejala sosial
seperti itu, meskipun berpindah tempat atau beralih pekerjaan, kedudukan
seseorang tetap setara dengan kedudukan sebelumnya.
2. Mobilitas Sosial Vertikal
Berbeda
dengan mobilitas sosial horizontal, mobilitas sosial vertical merupakan
perpindahan individu atau objek sosial dari satu kedudukan ke kedudukan
lain yang sifatnya tidak sederajat. Dalam sosiologi dikenal dua bentuk
mobilitas sosial berdasarkan arahnya, yaitu social climbing dan social sinking.
a. Social Climbing (Mobilitas Sosial Vertikal Naik)
Mobilitas
ini berlangsung manakala terjadi peningkatan kedudukan sosial seseorang
dalam masyarakat. Contoh hampir dua puluh tahun Pak Joko bekerja di
sebuah perusahaan sepatu. Oleh karena prestasi dan hasil kerja yang
bagus, Pak Joko diangkat menjadi kepala bagian. Mobilitas vertikal naik
mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
1)
Masuknya orang-orang berstatus sosial rendah ke dalam lapisan sosial
yang lebih tinggi. Misalnya, seorang pegawai biasa dinaikkan
kedudukannya untuk mengisi jabatan manajer yang kosong.
2)
Terbentuknya suatu lapisan sosial baru yang lebih tinggi. Misalnya,
sejumlah tukang becak sepakat membentuk suatu perkumpulan dan mereka
menunjuk salah satu rekan mereka untuk menjadi ketua.
b. Social Sinking (Mobilitas Sosial Vertikal Menurun)
Berbeda
dengan gerak sosial vertikal naik, gerak sosial vertical menurun ini
berlangsung manakala terjadi perpindahan kedudukan sosial seseorang atau
kelompok masyarakat dari lapisan sosial tinggi ke lapisan sosial yang
lebih rendah. Contoh, Pak Heru adalah seorang kepala sekolah di salah
satu sekolah menengah umum di daerahnya. Oleh karena melakukan
kesalahan, maka jabatan Pak Heru diturunkan menjadi guru biasa.
Mobilitas vertikal menurun mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
- Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah, misalnya seorang juragan tekstil mendadak menjadi pengangguran karena pabrik tekstil yang telah dimilikinya bertahun-tahun hangus terbakar.
- Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial atas. Misalnya, perkembangan yang semakin maju menjadikan gelar bangsawan seseorang tidak dipergunakan sebagai salah satu kriteria dalam strata sosial.
Sistem
mobilitas sosial vertikal yang bersifat terbuka, memungkinkan seseorang
untuk mencapai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Hal ini
tergantung pada usaha dan kemampuan individu yang bersangkutan. Memang
benar apabila ada anggapan bahwa anak seorang pengusaha memiliki peluang
yang lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang karyawan biasa.
Akan tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi
anak karyawan tersebut untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi
daripada kedudukan semula.
Beberapa prinsip gerak sosial vertikal menurut Pitirim A. Sorokin:
a. Setiap masyarakat mengandung unsur gerak sosial vertikal.
b. Adanya hambatan-hambatan untuk melakukan mobilitas sosial vertikal.
c. Setiap masyarakat memiliki ciri-ciri yang khas dalam mengatur gerak sosial vertikal.
d. Laju gerak sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan sejenis pekerjaan.
Bahkan,
sifat terbuka dalam lapisan sosial dapat mendorong dirinya untuk
mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terpandang dalam
masyarakat.
3. Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas
sosial antargenerasi ditandai oleh perkembangan atau peningkatan taraf
hidup dalam suatu garis keturunan. Mobilitas seperti ini bukan menunjuk
pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan kenaikan kedudukan
(status sosial) dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata
lain, mobilitas sosial antargenerasi yaitu perpindahan kedudukan
seseorang/anggota masyarakat yang terjadi antara dua generasi atau
lebih. Contoh: generasi orang tua (ayah ibu) dengan generasi anak.
Mobilitas antargenerasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
mobilitas sosial intergenerasi dan mobilitas intragenerasi.
a. Mobilitas Sosial Intergenerasi
Mobilitas
sosial intergenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial yang terjadi
di antara beberapa generasi dalam satu garis keturunan. Mobilitas ini
dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas sosial intergenerasi naik dan
mobilitas sosial intergenerasi turun.
Mobilitas Sosial Intragenerasi
Mobilitas
sosial intragenerasi adalah perpindahan kedudukan sosial seseorang atau
anggota masyarakat yang terjadi dalam satu generasi yang sama.
Mobilitas intragenerasi terbagi menjadi dua bentuk umum, yaitu mobilitas
intragenerasi naik dan intragenerasi turun.
Mobilitas
intragenerasi naik terjadi manakala dalam satu generasi yang sama
terjadi kenaikan status sosial. Misalnya, seorang petani memiliki tiga
orang anak yang memiliki pekerjaan sebagai berikut. Anak ke-1 bekerja
sebagai petani, anak ke-2 bekerja sebagai pedagang, sedangkan anak ke-3
bekerja sebagai wirausahawan yang sukses. Karena tingkat ekonominya
lebih baik, maka anak ke-3 tersebut mampu memberi modal kepada kedua
kakaknya untuk membuka usaha tertentu. Mereka berdua akhirnya mampu
meningkatkan taraf kehidupan masing-masing.
Mobilitas
intragenerasi turun, apabila dalam satu generasi yang sama terjadi
penurunan status sosial. Contoh, seorang dokter memiliki dua orang anak.
Anak pertama bekerja sebagai seorang kontraktor yang berhasil di kota
besar, sedangkan adiknya hanyalah seorang pedagang kain di pasar
tradisional. Pada suatu hari kios adiknya mengalami kebakaran, hasil
dagangannya ludes terbakar. Saat itu sang adik benar-benar terpuruk.
Kakaknya berusaha membantu memulihkan keadaan ekonomi adiknya dengan
menggunakan uang perusahaan. Alhasil, usaha sang kakak menjadi bangkrut
dan dililit utang. Lantas, kedua bersaudara itu bersepakat membuka usaha
dagang dari awal. Berdasarkan peristiwa ini, terlihat adanya penurunan
status atau kedudukan dalam satu generasi.
0 komentar:
Posting Komentar